Posts

Aku; Terlalu berlebihan.

Ini bukanlah kumpulan aksara yang membentuk sebuah cerita seperti sebelumnya, yang mana biasanya aku menuliskan kisahku dimasa lampau atau hanya sebuah imajinasi belaka. Melainkan atas ketidakmampuanku untuk berkata bahwa aku menyukaimu, puan. Tidak tahu pasti kapan dan mengapa rasa ini bisa muncul, sungguh ambigu. Yang kutahu hanyalah akhir-akhir ini rindu selalu tertuju padamu. Sering muncul pertanyaan kenapa hati tiba-tiba memilih jatuh kepelukanmu. Apakah oleh parasmu? senyummu? atau mungkin ini telah direncanakan oleh semesta jauh sebelum kita dilahirkan, atau aku saja yang terlalu berlebihan menanggapi hal ini. bisa saja ini hanya sebuah pertemuan biasa agar kau dan aku saling mengenal, tidak lebih dari itu. Barangkali, kau akan tertawa ketika membaca ini sembari berkata "Hey kau benar, ini bukanlah sebuah pertemuan yang istimewa, seperti yang kau kira". Kurasa itu bukanlah sebuah masalah, setidaknya kau jadi tahu bahwa aku menaruh hati kepadamu. Bagaikan tanaman yang

Dinamika hati.

Jika boleh bercerita puan, malam ini aku ingin menuliskan tentang seseorang. Dia adalah perempuan yang paling menjengkelkan di dunia, tapi dia adalah duniaku. kami sering mempeributkan hal sepele, termasuk tentang laki-laki terkeren versinya adalah bukan aku. Mau bagaimana lagi dia bebas beropini, tapi bagiku dia adalah perempuan terhebat kedua setelah ibuku. Selain itu dia punya kebiasaan yang aneh dia kerap kali tersandung ketika berjalan, cukup aneh bukan. terkadang aku tertawa melihat tingkah lakunya. aku bahagia ketika berada didekatnya, bahkan pernah suatu malam kami begitu dekat, membahas tentang berbahagai hal. Menurutku itu hal yang romantis bahkan bisa malam saja cemburu melihat kemesraan kami kala itu. Aku berterima kasih kepada semesta yang telah mempertemukan kami berdua. Tidak perlu mendeskripsikan apa yang kurasakan, aku hanya tahu rasa itu indah meskipun tak bernama. Menjadi penuntut keharuan, dengan kepiluan hanya karenanya aku mampu melepas waktu. Tahukah engkau waha

Hujan

   Semesta mempertemukan kita dikala turunnya hujan. kau adalah wanita yang dipenuhi oleh segala keluguan. Saat aku melihatmu? aku merasa ingin mencinta lagi, saat aku melihatmu?  aku telah menemukan kembali arti dari segala rindu. Saat aku melihatmu? Aku berfikir bahwa, aku telah menemukan rumah untuk berpulang bagiku. Rasanya aku ingin berkata kepadanya tentang rasa yang singgah dihati. Tapi aku takut kau menolak, aku takut kau menolak karena dengan alasan bahwa bukan denganku bahagiamu merekah.    Semesta mempertemukan kita dikala turunnya hujan. Aku ingin berdiri dibawah hujan. Persis pertama kali kita bertatapan, biarkan saja tubuhku mengigil. sebab aku percaya suatu saat hangat jiwamu kan mendekap tubuhku, hangat rangkulmu kan menyentuhku, hangat bibirmu kan mengecup mesra keningku. kau tahu, aku selalu memelukmu sebaik-baiknya doa. Entah kamu, namun aku berharap kepada semesta dan hujan untuk menyampaikan segala rasa ini kepadamu, untuk membuang rasa keraguanmu, untuk menyat

Akhir segala cerita.

Sebenarnya aku sudah malas sekali untuk bercerita. Barangkali ini kali terakhirku menuliskan kata-kata, sebab aksara tidak lagi bernyawa. Kini aku sedang sibuk menyukai wanita yang jauh berada dipelupuk mata. Terlalu hambar hati ini, sebab kau tak ada di sisi, rinduilah aku. Kelak, kau akan tahu artinya sepi; bagai pisau mengiris api. Andai saja Tuhan menciptakanku dengan mata yang bisa melihat isi hati, agar aku tahu siapa orang yang sedang merebahkan diri dihatimu dengan nyaman. Jika itu hanya aku, percayalah sayang jarak tidaklah jauh dari pengertian kita. Tapi jika ada orang lain, aku akan bergegas mengemasi segala kenang yang telah tercipta, sebelum aku terlarut dalam cinta. Detak-detak bosan bergeming, dari senja ke senja yang memusing. Dan aku masih saja berteman hening, dalam dekap sunyi tak berdenting. ketahuilah wanita bermata sendu, rindu ini melukis bayanganmu, dijendela kamarku sepi sepi dan dingin. Tolong lindungi dari kuyup, saat rindu menderai deras didalam dadaku. Seba

Ialah kita.

Aku ingat pertama kali kita bertemu. Aku duduk di belakangmu, saat itu aku meminjam kacamatamu karena mataku yang rabun. Aku menanyakan siapa namamu, darimana asal-usulmu. Percakapan sewaktu itu sangat singkat sekali. Begitu juga denganmu yang tidak butuh waktu yang lama untuk membuatku jatuh hati. Aku suka keluguanmu itu, aku suka tatapan sendumu itu, aku suka kamu, Entah kamu?. Tidak adakah secuil-pun kau memiliki rasa yang sama sepertiku, walaupun hanya sebutir pasir tidak adakah? Aku bingung mungkin perbedaan yang membuat kita tidak bisa bersama. Jika iya, bukankah perbedaan itu menjadi pelengkap kisah kita, pelengkap hubungan kita, dan juga pelengkap kita berdua. Sungguh aku menginginkan kebersamaan kita, menginginkan kita saling mengecup mesra. Tidakkah kau menginginkan itu sedikitpun. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, andai dalam diam doa-ku mampu menembus langit. Biarkan aksaraku terberai mengurai hati. Dan jiwaku melayang meraihmu di lain hari. Ini kali keduaku takhluk kepada s

Rumah part III

Di beranda pulang ini, selain selembar kecemasan dan secangkir kopi yang dingin hanya rindumulah yg kutunggu. Setelah beberapa tahun berlalu, aku pun memutuskan untuk kembali pulang dan menghentikan pelarian yang begitu sunyi ini. kembali pada kesibukanku menulis sajak-sajak yang berelegi. Hari-hari ku berjalan seperti biasa, seperti manusia biasanya, Hanya saja masih meminum (menelan) rasa pahit. Tidak ada aktivitas khusus, Bangun, pergi kerja, pulang hingga larut malam dan pergi tidur. Setelah aku kembali dari pelarian, aku menerima tawaran kerja dari temanku yang dulu sempat tidak ku tanggapi, karena aku lebih memilih melakukan suatu pelarian. Ya setidaknya sekarang aku memiliki penghasilan untuk dijadikan simpanan, simpanan untuk persiapan, persiapan untuk melakukan pelarian lagi jika disakiti kembali. Toh, setidaknya hidup tidak melulu tentang kepedihan. Pagi ini di pusat kota ada sebuah pameran, aku pun pergi untuk melihat-lihat dan mengabadikan hasil karya dari para seniman-sen

Rumah part II

Selepas kepergiannya, aku masih menghidupkan cinta dari waktu yang di kekalkan kenangan. Dari balik kaca jendela kereta terlihat senja jatuh menjadi hujan. Sialnya kenapa hujan selalu membawa serta kenangan, yang mana setiap rintiknya mampu membuatku mengenangnya dalam basahnya hujan. mungkin karena aku masih merindunya. Barangkali sampai saat ini tidak ada yang setia selain rindu, tanpa musim tanpa waktu, ia masih tetap setia memeluk tubuh. Kereta pun berhenti di stasiun kelas B, sebagian penumpang ada yang turun, dan penumpang yang telah menunggu di stasiun segera masuk ke dalam kereta untuk menempati kursi mereka masing-masing. Kursi di sebelah ku masih saja kosong. Mungkin orang yang memesan kursi ini ada di stasiun selanjutnya, entahlah. Kereta mulai berjalan kembali. Aku kembali menatap ke luar jendela, melihat hujan yang sudah mulai reda. Tidak lama kemudian datang petugas kereta api berdiri disamping ku dengan tiket ditangannya. Petugas itu memberi tahu kepada sang penumpang b